FORUM KOMUNIKASI PEMUDA ISLAM
Kisah Masjid Dibangun Satu Malam Assalamualaikum14



Join the forum, it's quick and easy

FORUM KOMUNIKASI PEMUDA ISLAM
Kisah Masjid Dibangun Satu Malam Assalamualaikum14

FORUM KOMUNIKASI PEMUDA ISLAM
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Latest topics
» Izwan Collection
Kisah Masjid Dibangun Satu Malam EmptySat Feb 01, 2014 4:07 pm by Iwan Nirwana

» MAULID NABI DAN KONTROVERSI MAKNA BID'AH
Kisah Masjid Dibangun Satu Malam EmptyMon Jan 06, 2014 4:12 pm by Iwan Nirwana

» Bacaan Melihat dan Melewati Iringan Jenazah
Kisah Masjid Dibangun Satu Malam EmptySat Jan 04, 2014 6:34 pm by Iwan Nirwana

» 1.2 TRILIUN RUPIAH HANYA UNTUK KEMBANG API
Kisah Masjid Dibangun Satu Malam EmptyThu Jan 02, 2014 6:41 pm by Iwan Nirwana

» lintas alam FKPI
Kisah Masjid Dibangun Satu Malam EmptyThu Dec 26, 2013 11:54 pm by Kalila

»  all sahabat-sahabat
Kisah Masjid Dibangun Satu Malam EmptySat Sep 08, 2012 1:24 pm by agussonisetiawan

» Kisah Si Pitung Jagoan Betawi
Kisah Masjid Dibangun Satu Malam EmptyFri May 04, 2012 10:42 pm by Tamu

» Tips mempercepat koneksi internet anda
Kisah Masjid Dibangun Satu Malam EmptyFri Apr 13, 2012 1:47 pm by Sharingan Eyes

» Download lagu2 islami
Kisah Masjid Dibangun Satu Malam EmptyFri Apr 13, 2012 1:42 am by Iwan Nirwana

"JADWAL SHOLAT UNTUK DAERAH DKI JAKARTA DAN SEKITARNYA"
March 2024
MonTueWedThuFriSatSun
    123
45678910
11121314151617
18192021222324
25262728293031

Calendar Calendar


Kisah Masjid Dibangun Satu Malam

Go down

Kisah Masjid Dibangun Satu Malam Empty Kisah Masjid Dibangun Satu Malam

Post by ◈◈╠⋙ايوان أوكي⋘╣◈◈ Fri Aug 13, 2010 11:20 am



Ada ratusan tempat ibadah umat islam di Jakarta merupakan bangunan tua, bahkan umurnya lebih dari empat abad. Salah satu yang paling tua adalah Masjid Al-Alam, di Kampung Marunda Pulo RW 07 Marunda, Cilincing, Jakarta Utara.

Masjid yang berdiri sejak tahun 1600 itu, mempunyai nilai historis tersendiri. Lokasi Masjid yang berada persis di pesisir pantai Marunda merupakan salah satu 12 obyek destinasi wisata pesisir di Jakarta Utara.

Konon Masjid Al Alam (Al Auliya) Marunda, dibangun hanya dalam tempo semalam. Banyak kisah heroik muncul dari masjid ini, di antaranya Si Pitung.

Kedatangan para peziarah dari berbagai daerah, tidak lepas dari keistimewaan sejarah Masjid Al Alam yang konon dibangun oleh Walisongo.

"Masjid ini dibangun Walisongo dengan tempo semalam, saat menempuh perjalanan dari Banten ke Jawa," kata M. Sambo bin Ishak, wakil ketua Masjid Al Alam. "Karena itu, nama asli masjid ini Al Auliya, masjid yang dibangun para wali Allah," lanjutnya.

Sementara di tempat terpisah, tokoh Betawi, Alwi Shahab, mengatakan bahwa pendiri masjid Al Alam adalah Fatahilah dan pasukannya pada tahun 1527 M, setelah mengalahkan Portugis di Sunda Kelapa.

Ada keyakinan di masyarakat Marunda, bahwa Fatahillah membangun Masjid Al-Alam hanya dalam sehari. Meski berbeda pendapat, baik Sambo dan Alwi Shahab mengatakan hal yang sama bahwa Masjid Al Alam dibangun hanya dalam tempo semalam, meski pijakan alasan keduanya berbeda.

Berangkat dari tempo pembangunan itu, tidak mengherankan bila masjid yang ukurannya mirip musalah itu menjadi istimewa bagi masyarakat Marunda khusunya, dan umat Islam umumnya. Terlebih bila mengingat bahwa Masjid Al Alam juga sarat nilai sejarah perlawanan terhadap penjajah.

Seratus tahun kemudian (1628-1629), lanjut Alwi Shahab, ketika ribuan prajurit Mataram pimpinan Bahurekso menyerang markas VOC (kini gedung museum sejarah Jakarta) para prajurit Islam ini lebih dulu singgah di Marunda untuk mengatur siasat perjuangan.

Penuturan Alwi Shahab tersebut, senada dengan penjelasan Sambo tentang lubang kecil berbentuk setengah oval yang terdapat di bagian kiri masjid Al Alam. Menurutnya, lubang tersebut digunakan sebagai pengintaian terhadap bala tentara musuh.

"Tidak hanya tentara Demak, tapi juga Si Pitung, Si Ronda, Si Jampang, Si Mirah dan lainnya pernah bersembunyi di sini dari kejaran Belanda. Mereka bisa selamat karena menurut cerita, bila bersembunyi di Masjid ini mereka tidak akan kelihatan." ujar Alwi.

Sementara itu, melihat arsitektur Masjid Al Alam akan mengingatkan pada model Masjid Demak, namun berskala lebih mini ukurannya 10×10 meter. Atapnya yang berbentuk joglo ditopang oleh 4 pilar bulat seperti kaki bidak catur.

Mihrab yang pas dengan ukuran badan menjorok ke dalam tembok, berada di sebelah kiri mimbar. Uniknya masjid ini berplafon setinggi dua meter dari lantai dalam.

Kemudian, di bagian kiri Masjid, dulunya merupakan kolam yang digunakan untuk mencuci kaki sebelum masuk masjid. Ini mengingatkan pada arsitektur Masjid Agung Banten Lama. Bedanya, kolam di Masjid Agung Banten Lama terletak di bagian depan halaman masjid.

Beberapa bagian masjid lainnya masih asli. Di antaranya adalah tembok di ruang utama masjid yang memiliki ketebalan sekitar 27 cm dan hiasan jendela yang terdapat di ruang pengimaman. "Itu juga asli, dalamnya terbuat dari batu giok," lanjutnya.

Selain itu, Sambo juga menunjukkan sebuah tongkat yang terukir melingkar seperti ular. Menurutnya, tongkat itu cukup istimewa dan hanya dikeluarkan setiap hari Jum'at saat khutbah.

"Tongkat ini datangnya misterius. Tiba-tiba datang ke sini lewat air," katanya.

Saat ini, masjid yang terletak di tepi pantai itu tidak pernah sepi. Selalu diziarahi, terutama setiap malam Jumat Kliwon dengan kegiatan rutin berupa istighotsah.

Begitu juga sumur tua yang usianya ratusan tahun tersebut berada di samping masjid sampai saat ini air masih tetap mengalir dan tidak pernah kering.

Dengan keistimewaan Masjid Al Alam, baik nilai-nilai sejarah perlawanan yang heroik dan karomah para pendirinya, dalam perkembangannya juga membawa manfaat bagi masyarakat sekitar Marunda, baik yang berhubungan dengan nilai-nilai islami maupun rizki.

Dengan ramainya para peziarah, masyarakat bisa mengambil keuntungan dengan menjual makanan di sekitar Masjid Al Alam. Apalagi saat bulan suci Ramadan.

Demikianlah keistimewaan Masjid Al Alam atau Al Auliyah Marunda. Meski dibangun hanya dalam tempo semalam, tapi manfaatnya terasa hingga ratusan tahun.

"Bangunannya mengandung budaya Jawa, Arab, dan Eropa," ungkapnya. Gaya Jawa terlihat pada atap joglo yang bertingkat dua, gaya Arab terlihat pada ukiran kaligrafi, dan gaya Eropa terlihat pada empat tiang yang menopang atap masjid.

Saat Ramadhan tiba, banyak jemaah, dari Jakarta maupun dari daerah, sejak awal hingga akhir Ramadan. Menjelang 10 hari Idul Fitri, lebih banyak orang yang datang untuk beriktikaf.

"Setelah melakukan iktikaf biasanya mereka berziarah ke rumah Si Pitung sambil menikmati suasana pantai publik Marunda," ungkap Aman. (adi)
◈◈╠⋙ايوان أوكي⋘╣◈◈
◈◈╠⋙ايوان أوكي⋘╣◈◈
Member Senior
Member Senior

Jumlah posting : 53
Points : 100
Reputation : 7
Join date : 15.06.10
Lokasi : Depan komputer

Kembali Ke Atas Go down

Kembali Ke Atas

- Similar topics

 
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik